Anggota Komisi VIII DPR RI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Asli Chaidir mengatakan, masih banyak anak-anak di Indonesia yang menjadi korban kekerasan dan perdagangan manusia.

Untuk itu, ia meminta pemerintah memprioritaskan perlindungan anak secara maksimal agar kejadian tersebut tidak kembali terulang. Pasalnya, data kekerasan anak dari 2015 hingga 2020 justru meningkat.

“Di akhir tahun 2019 terjadi lebih dari 350 kasus kekerasan terhadap anak, dan yang terkena rata-rata berumur 1 sampai 14 tahun mengalami kekerasan fisik dan psikologis,” kata Asli saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VIII DPR RI dengan jajaran Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) di Gedung Nusantara II, seperti dikutip dari situs resmi DPR RI, Rabu (19/2).

Asli Chaidir juga menilai program-program yang dijalankan Kementerian terkait dalam melindungi anak-anak tidak berjalan cukup baik.

Hal ini berdasarkan masih banyaknya kekerasan yang terjadi, sehingga sudah seharusnya mencari cara terbaru dalam menangani permasalahan tersebut.

“Pertanyaan saya adalah, apa program konkret yang dilaksanakan kepada anak-anak kita dari (pencegahan) kekerasan, sebab saya meragukan program yang sudah ada seperti program Kota Layak Anak dan program lainnya serta adanya isu-isu mengerikan lainnya seperti banyak organ tubuh anak yang diambil,” tanya Asli Chaidir.

Legislator dapil Sumatera Barat I itu menilai, KPPPA perlu menciptakan program berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas perlindungan anak dan meningkatkan koordinasi serta percepatan kualitas program perlindungan anak di daerah.

“Anggarannya hanya Rp 273 milliar, mungkin ini juga yang menjadi penyebab kinerjanya tidak maksimal. Kalau sudah begini, seharusnya ajukan saja penambahan anggaran kepada Pemerintah Pusat agar dinaikan,” tandasnya.