Presiden Jokowi memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2021 mencapai 4,5 – 5,5 persen. Hal ini disampaikan Presiden dalam Pidato Penyampaian RUU APBN Tahun Anggaran 2021 dan Nota Keuangan, Jumat lalu.

Menanggapi hal tersebut, Sekjen DPP PAN Eddy Soeparno menilai proyeksi tersebut cukup optimis.

“Skenario pertumbuhan ekonomi 4.5 – 5.5% cukup optimis, mengingat kita berada di teritori negatif saat ini dan belum ada kejelasan kapan pandemi Covid 19 akan mereda. Jika Indonesia mampu memproduksi vaksi anti Covid 19 secara massal di akhir tahun ini dan kita kembali ke kehidupan yang relatif normal, saya kira target pertumbuhan 5 – 5.5% dapat tercapai di tahun 2021,” kata Anggota DPR RI Fraksi PAN ini, Minggu (16/8).

Bagi Eddy, Optimisme ini cukup berdasar karena pemerintah tetap menggenjot stimulus fiskal di tahun yang akan datang dan kehadiran vaksin akan meningkatkan keyakinan konsumen untuk mulai melakukan belanja untuk rumah tangga, hiburan, berpergian dan lain-lain.

“Jika kapasitas produksi dan rantai pasok global berangsur-angsur pulih, kegiatan eksporpun dapat meningkat pesat karena banyak barang yang sedianya siap di ekspor mendadak di stop. Bukan semata-mata karena permintaan di negara tujuan turun, namun juga karena impor bahan baku masih terganggu dan transportasi antar negara masih belum pulih,” lanjut Eddy.

Berkaitan dengan pembiayaan aggaran untuk membiayai defisit APBN senilai Rp 971.2 triliun, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI ini menganalogikan kondisi ekonomi Indonesia seperti rumah tangga yang dihantam krisis penghasilan.

“Jika kita sedang kekurangan uang, ada beberapa pilihan yang kita miliki, Pertama Menjual barang/aset, Kedja Berhemat dan Ketiga Pinjam uang. Nah, saat ini Indonesia tidak mungkin melakukan penjualan aset atau IPO dari sejumlah BUMN. Pasarnya sedang tidak kondusif,”

“Di lain fihak kita juga tidak bisa berhemat karena pemerintah justru harus memberikan stimulus fiskal besar-besaran agar masyarakat terjamin kondisi sosialnya dan ekonomi tetap bergerak,”

“Akhirnya tinggal opsi untuk menarik utang baru, yang sesungguhnya bukan hal yang pantang dilakukan, sepanjang pricing-nya kompetitif, digunakan secara tepat sasaran dan bisa dipertanggung jawabkan,” sambung mantan bankir dari Merrill Lynch ini.

Eddy mengingatkan bahwa pandemi Covid ini merupakan variabel yang punya daya rusak yang besar terhadap perekonomian dan sulit diprediksi berakhirnya.

“Jika penemuan dan produksi vaksinnya berlarut-larut kita perlu bersiap untuk melakukan lebih dari satu kali perubahan APBN 2021,”

“Yang penting kita awasi penggunaan dan penyerapan anggarannya, agar setiap rupiah yang digelontorkan bermanfaat bagi masyarakat”, pungkas Anggota DPR Dapil Kota Bogor – Kabupaten Cianjur ini.