Upaya penyelamatan Ekonomi Indonesia di tengah pandemi Covid-19 memerlukan tindakan yang cepat dan tepat sasaran. Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PAN Eddy Soeparno menilai perlunya program stimulus yang lebih masif dan signifikan bagi dunia usaha.

Menurut Eddy yang pernah berkecimpung di perbankan dan keuangan internasional ini, program stimulus ekonomi senilai Rp 158.2 triliun atau 0.9 persen dari PDB dampaknya tidak akan signifikan terhadap roda perekonomian.

“Dibandingkan paket stimulus Malaysia Rp 1.000 triliun (18 persen dari PDB), Singapura Rp 62 triliun (11 persen dari PDB) bahkan Thailand Rp 260 triliun (3 persen dari PDB), program stimulus berikutnya harus lebih masif dan signifikan agar mampu menjangkau masyarakat dan dunia usaha yang nyaris mati suri,” jelasnya.

Wakil Ketua Komisi VII DPR ini menjelaskan, masalah ekonomi yang dihadapi bukan sekedar mempertahankan daya beli masyarakat, tapi juga menyuntikkan likuiditas ke dunia usaha agar perusahaan mampu mempertahankan pekerjanya dan mengurangi resiko PHK masal.

“Pelebaran defisit APBN di atas 3 persen tampaknya juga tidak terelakkan karena masyarakat sangat membutuhkan dana tunai untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga,” tuturnya.

“Karena itu pemberian bantuan tunai secara langsung kepada masyarakat perlu disegerakan dan pelaksanaannya harus mudah, tidak bertele tele dan tepat sasaran,” sambung mantan Direktur Investasi Merrill Lynch untuk Asia Pasifik ini.

Eddy juga berpandangan, relokasi anggaran dan penghematan anggaran adalah sebuah keharusan sebagai upaya mereduksi dampak krisis ekonomi.

“Kita tidak bisa menghalau resesi dan penciutan ekonomi nasional. Tapi dengan bertindak cepat dan meluncurkan paket stimulus yang masif kita bisa mereduksi dampaknya. Pilihan ini jauh lebih baik ketimbang resiko terjadinya krisis ekonomi dan krisis sosial yang tentu sulit untuk pulih kembali,” pungkas Anggota DPR RI dari Dapil Jawa Barat III ini.