BOGOR – Wali Kota Bogor, Bima Arya Sugiarto mengakui, butuh waktu panjang untuk membangun Kota Bogor sebagai kota yang diidamkan, yang terlepas dari kemacetan, kesan kumuh dan kesemrawutan.

“Baru 16 bulan menjabat, rasanya sudah 16 tahun. Jalan ini masih panjang untuk mewujudkan Kota Bogor seperti yang diimpikan, tidak macet, bersih, tertib dan rapi,” kata Bima.
Politis Partai Amanat Nasional (PAN) ini menambahkan, di tahun pertama kepemimpinannya, ia menghadapi persoalan untuk bisa keluar dari jembatan rutinitas yang menyita waktu seorang wali kota, yakni melakukan audiensi, pertemuan dengan berbagai pihak.
“Kalau dipenuhi semua undangan ini, habis waktu untuk melayani, jadi wali kota tidak bisa berbuat apa-apa,” katanya.
Memasuki tahun kedua, lanjut dia, Pemerintah Kota Bogor mulai fokus dengan program prioritas, dan tidak lagi terjebak dengan rutinitas. Berbagai pembangunan dilakukan, infrastruktur dan memperbanyak jumlah taman, yang diyakini ada korelasinya dengan tingkat kebahagian masyarakat.
“Walaupun pembangunan dilakukan, ternyata serapan anggaran yang 72,48 persen masih rendah dibanding tahun lalu yang mencapai 83 persen,” katanya.
Menurutnya, berbagai faktor menjadi penyebab rendahnya serapan anggaran di Kota Bogor, salah satunya perubahan peraturan di kementerian, juga aspek perencanaan yang menjadi persoalan nomor satu.
“Tahun ini kita akan memperbaiki perencanaan dimulai dari Musrembang di tingkat bawah. Karena bisa mengakomodir harapan masyarakat, kita juga minta DPRD untuk mengawal Musrembang, karena ini hak rakyat untuk mengawal arah pembangunan,” katanya.
Keseriusan untuk membangun Kota Bogor yang lebih baik dimulai tahun 2016, Pemerintah Kota Bogor fokus dalam menyelesaikan enam program skala prioritas yakni kemacetan, PKL, kebersihan, sampah, transportasi, dan kemiskinan.
“Persoalan kemacetan ada dua langkah yakni jangka panjang dan jangka pendek. Untuk jangka panjang kita memiliki program rerouting angkot, sistem satu arah, dan merger angkot menjadi transpakuan,” katanya.
Untuk jangka pendek, lanjut Bima, perlu ketegasan, komitmen dan kemauan petugas di lapangan untuk mengurai kemacetan dengan menindak hambatan dan halangan yang terjadi seperti parkir liar, angkot yang ngetem, PKL yang berjualan di trotoar dan bahu jalan.
“Jangka pendek itu gampang, komitmen dan ketegasan. Saya coba lakukan dua hari yang lalu bertugas langsung ke lapangan, dua sampai tiga jam saya pantau jalan Kapten Muslihat, itu lancar. Tapi setelah saya tinggal, macet lagi,” katanya.
Sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2016/01/08/356223/bima-arya-ingin-hilangkan-kesan-kumuh-kota-bogor