Pemerintah menargetkan Kartu Tani diimplementasikan secara bertahap di seluruh wilayah Indonesia di tahun 2021. Kartu tersebut digunakan untuk menyalurkan pupuk bersubsidi.

Kartu Tani sebenarnya sudah diluncurkan sejak tahun 2017, dan dibagikan untuk uji coba ke petani di beberapa wilayah. Kartu Tani dikembangkan oleh Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara).

Untuk bertransaksi dengan Kartu Tani, petani harus menggunakannya lewat mesin EDC. Namun, penggunaan Kartu Tani masih sangat minim karena terkendala jaringan dan pemahaman para petani.

Sebelumnya, berdasarkan data Himbara, di tahun 2020 telah tercetak 12,46 juta Kartu Tani. Namun, yang sudah dibagikan baru 59% atau 7,28 juta, dan penggunaannya baru mencapai 25% atau 1,84 juta kartu.

Kemudian, berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, penggunaan Kartu Tani di Pulau Jawa dan Madura ditargetkan mencapai 65%. Namun, penggunaannya baru 12%.

Melihat kondisi itu dan juga keluhan-keluhan di lapangan, Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi PAN Haerudin meminta implementasi Kartu Tani ditunda sampai semua sarana dan prasarana penunjangnya siap.

“Kalau ditanya hari ini Kartu Tani, pasti kita menjawab gagal, distribusi apakah lancar, pasti tidak lancar. Kalau ditanya hari ini petani langka pupuk, pasti jawabannya langka pupuk, itu faktanya. Sementara sederet apa yang disampaikan semua sempurna. Seolah-olah petani kita sudah mendapatkan pupuk. Lebih bijaksana kalau saya sampaikan e-Kartu Tani itu ditunda sementara sampai sarana dan prasarana siap,” kata Haerudin dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi IV DPR RI, dilansir dari Detikcom, Senin (18/1/2021).

Ia meminta agar pemerintah tak terus-menerus melakukan uji coba tersebut, karena menyulitkan petani yang membutuhkan penyaluran pupuk bersubsidi.

“Jangan trial and error. Jangan coba-coba, yang dikorbankan petani kita Pak. Kita pernah pertemuan satu kali dan diundang oleh 1 user, 1 anak perusahaan. Yang disampaikan PI (PT Pupuk Indonesia) malah tentang efektivitas tanam dengan cara baru, kita sedang bicara distribusi,” jelas Haerudin.

“Karena telah, sedang, dan akan, ini musim penghujan masih panjang, sementara kondisi petani kita langka pupuk. Hari ini memang sedang panen non-subsidi. Artinya rakyat kita sedang megap-megap, mencari pupuk, yang ada yang mahal-mahal, non subsidi,” sambung dia.