Sebagai partai yang konsisten memperjuangkan perubahan, reformasi dan regenerasi, PAN memberi ruang seluas-luasnya bagi generasi milenial untuk berkiprah di politik.

Pada periode 2019-2024 ini, PAN memberikan kesempatan pada Caleg-Caleg muda di seluruh Indonesia untuk berkompetisi di DPR, DPRD Provinsi maupun DPRD Kabupaten/Kota.

Kesempatan ini dimanfaatkan milenial dari berbagai latar belakang seperti Aktivis Mahasiswa, Aktivis Organisasi Pemuda, Pengusaha Muda, Pegiat NGO/LSM sampai Relawan Kemanusiaan ikut mencalonkan diri menjadi Calon Anggota Legislatif dari PAN.

Siapa saja milenial PAN yang berhasil lolos di parlemen? Yuk kenal mereka lebih dekat!

  1. Farah Puteri Nahlia

Lahir di Semarang, 2 Januari 1996, Farah adalah milenial berprestasi lulusan Royal Holloway, University of London. Selama berkuliah, Farah terlibat aktif dalam beberapa organisasi seperti English Teaching Programme pada tahun 2011. Tahun 2012, ia juga berpartisipasi dalam Habitat for Humanity Indonesia, sebuah LSM yang membantu pembangunan atau perbaikan rumah tinggal sehingga menjadi hunian yang layak, sederhana, dan terjangkau untuk keluarga berpenghasilan rendah.

Melanjutkan pengabdiannya, Pada tahun 2019 Farah akhirnya mantap maju sebagai Calon Anggota Legislatif dari Partai Amanat Nasional di Dapil Jabar 9 yang meliputi Subang, Majalengka dan Sumedang. Farah terpilih dengan raihan suara yanag cukup fantastis yakni 113.263 suara.

 

  1. Abdul Hakim Bafagih

Pria kelahiran Jember yang baru menyelesaikan study di Teknik Industri Ubaya 2 tahun lalu ini langsung terjun ke partai politik. Membuktikan kesungguhannya, Hakim langsung mengikuti Latihan Kader Amanat Dasar (LKAD) PAN Jawa Timur dan terpilih menjadi peserta terbaik. Karir kepemudaannya pun terus melejit hingga dipercaya sebagai Ketua BM PAN Kediri.

Pada Pemilu 2019, Hakim memutuskan ikut bertarung dalam Pemilihan Legislatif 2019 bersama PAN di Dapil Jatim 8 yang meliputi Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Nganjuk, Jombang, Mojokerto dan Kota Mojokerto. Walaupun ditempatkan di nomor urut 2, Hakim berhasil lolos ke Senayan dengan mengantongi 56.848 suara, yang merupakan suara tertinggi dari Caleg PAN di dapil 8, dengan perolehan total suara PAN 146.946 suara.

 

  1. Slamet Ariyadi

Lahir di Sampang, 30 September 1990, Slamet Ariyadi lahir dari keluarga petani di Madura. Kebanggannya menjadi anak petani, ia buktikan dalam kiprahnya sebagai aktivis mahasiswa yang aktif dalam kegiatan advokasi petani di Madura.

Pada Pileg 2019, Slamet Ariyadi maju dari dapil Jatim 11 yang meliputi Sampang, Sumenep, Bangkalan dan Pamekasan dan secara mengejutkan meraih raihan suara yang signifikan sebanyak 133. 495 suara. Menjadi anggota DPR RI memang sebuah kebanggan, akan tetapi, bagi Alumnus Universitas Trunojoyo Madura ini, dia tetaplah anak petani yang juga dapat amanah dari mayoritas petani.

 

  1. Mitra Fakhrudin

Alumni Sosial Ekonomi Pertanian Unhas ini mengaku tertarik masuk ke politik untuk memperjuangkan daerah kelahirannya, Enrekang. Selama ini, Enrekang dikenal sebagai sentra utama pertanian, namun masih tertinggal dari sisi infrastruktur pertanian dan kapasitas petani. Bagi Mitra, aspirasi Petani Enrekang menjadi prioritasnya untuk disuarakan di perlemen.

Lahir di Enrekang, 20 September 1986. Pada Pileg 2019, Putra sulung Bupati Enrekang, Muslimin Bando ini berhasil meraih 44.401 suara di Dapil Sulses 3 sehingga memantapkan jalannya menuju Senayan.

 

  1. Athari Gauthi Ardi

Lahir di Padang pada 15 April 1992, Athari Gauthi Ardi dikenal sebagai pengusaha muda dan tokoh perempuan di Sumatera Barat. Pada Pemilu 2019 ia memutuskan bergabung bersama Partai Amanat Nasional (PAN). Ia bahkan dipercaya menjadi pengurus DPP PAN dengan jabatan Wakil Sekjen (Wasekjen).

Putri dari politisi senior dan tokoh Sumbar Epyardi Asda ini membawa gagasan kemajuan bagi Sumbar dan membela hak-hak perempuan di Sumatera Barat. Pada Pemilu 2019 lalu ia berhasil lolos ke Senayan dengan meraih 82.982 suara.

 

  1. Fachry Pahlevi Konggoasa

Walaupun ia merupakan putra dari Bupati Konawe Kery Konggoasa, Fachry Pahlevi tetap ingin dikenal bukan karena ayahnya. Ia ingin masyarakat Konawe dan Sulawesi Tenggara mengenalnya karena kiprah dan pengabdiannya.

Kiprah itu ia buktikan dengan kesibukannya sebagai aktivis organisasi kepemudaan dan berbagai kegiatan kemanusiaan. Fachry bahkan terpilih sebagai Ketua KNPI Kabupaten Konawe.

Lahir di Kendari, 14 Mei 1995, pada Pemilu 2019 yang lalu raihan suara Fachry bisa dibilang cukup fantastis yakni memperoleh 101.727 suara dari Daerah Pemilihan Sulawesi Tenggara.